Seringkali ketika menghabiskan pagi hari dengan lari
pagi di sekitar rumah, saya menghilangkan lelah dengan duduk-duduk di
bawah pohon besar. Menghirup udara pagi yang segar di bawah rindang
pohon sungguh satu hal yang begitu nyaman untuk dinikmati.
Seringkali juga di saat-saat itu, sembari memandangi
kokoh dan rindangnya pohon di samping, pikiran-pikiran melintas di
kepala. Sebuah penyadaran, tepatnya. Akan betapa sayangnnya Tuhan
terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya dengan menciptakan tumbuhan
bagi kehidupan. Dengan sistem yang amat teratur, di siang hari tumbuhan
menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Bayangkan saja jika
tumbuhan juga mengeluarkan karbondioksida, siapa yang bisa menangkal
polusi dan memberikan udara sejuk.
Tumbuhan juga diciptakan sedemikian rupa untuk
menjadi penyerap dan penahan air untuk keseimbangan lingkungan. Betapa
cintanya Tuhan pada umatnya. Bahkan hal sekecil apapun di dunia ini
diatur untuk kebaikan manusia dan makhluk hidup di bumi. Pertanyaannya, seringkah manusia menyadari dan mensyukuri akan semua kasih sayang begitu besar yang dilimpahkan-Nya? Alih-alih bersyukur, sebagian dari kita malah
membalasnya dengan merusak lingkungan. Menyakiti alam yang sudah begitu
bermurah hati pada kita dengan menyediakan air berlimpah, tanah subur,
hutan lebat, bahkan kekayaan alamnya. Tapi, begitulah manusia dengan
sikap keserakahannya. Mengambil tanpa ada lagi kepedualian untuk menjaga
dan memeliharanya.
Lihat bumi kita sekarang. Rasakan panas matahari yang
membakar kulit bahkan ketika hari baru menujukkan pukul delapan pagi.
Amati jalan-jalan serta bangunan yang kian rapat mendesak pohon-pohon
rindang untuk mengalah. Saksikan amarah alam kala banjir datang, longsor
mengancam, dan kekeringan menyambut setelahnya. Tak cukupkah pertanda
ini? Bahwa alam kita menagis, alam kita sudah begitu tersakiti! Pemanasan global yang kini tengah hangatnya menjadi
isu sedunia kemudian menjadi berita utama. Banyak dari kita yang
tergugah untuk berbenah. Menyadari kesalahan untuk kemudian memperbaiki
lingkungan yang telah banyak rusak. Aksi menanam pohon giat digulirkan,
serta ajakan untuk menyelamatkan lingkungan muncul dimana-mana. Tapi, menusia-manusia serakah ternyata masih belum
juga mau sadar. Demi nilai rupiah, maka hutan pun tak segan dihabisi.
Demi sebuah kekayaan, habislah harta alam milik genersi penerus
nantinya.
Di bagian bumi lain, masih juga sebagiannya acuh
dengan semua pertanda. Sungai yang berabad-abad telah memberikan
limpahan air semakin hari kian dipadati dengan sampah-sampah yang
merusak. Rasa terimakasih pun tak ada lagi ketika mereka menjadikan
sungai yang merupakan elemen pemelihara kehidupan dan biota alam
didalamnya justru mereka alih fungsikan sebagai TPA atau Tempat
Pembuangan Akhir sampah.
Stop menyakiti lingkungan! Sayangi alam yang telah
memberikan kita kehidupan. Jangan gunduli hutan demi kepentingan
sendiri. Jangan buang sampah dengan tidak mengenal tempat yang tepat. Jika tak bisa berbuat hal besar, maka mulailah dengan
hal kecil. Satu sampah yang dibuang di tempat yang benar, berarti satu
langkah menuju perbaikan lingkungan. Satu langkah lebih dekat terhadap
pensyukuran diri terhadap nikmat yang diberikan Tuhan.
Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang.
0 komentar :
Post a Comment