Wednesday 26 February 2014

Stop Sakiti Lingkungan!

Seringkali ketika menghabiskan pagi hari dengan lari pagi di sekitar rumah, saya menghilangkan lelah dengan duduk-duduk di bawah pohon besar. Menghirup udara pagi yang segar di bawah rindang pohon sungguh satu hal yang begitu nyaman untuk dinikmati.


Seringkali juga di saat-saat itu, sembari memandangi kokoh dan rindangnya pohon di samping, pikiran-pikiran melintas di kepala. Sebuah penyadaran, tepatnya. Akan betapa sayangnnya Tuhan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya dengan menciptakan tumbuhan bagi kehidupan. Dengan sistem yang amat teratur, di siang hari tumbuhan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Bayangkan saja jika tumbuhan juga mengeluarkan karbondioksida, siapa yang bisa menangkal polusi dan memberikan udara sejuk.

Tumbuhan juga diciptakan sedemikian rupa untuk menjadi penyerap dan penahan air untuk keseimbangan lingkungan. Betapa cintanya Tuhan pada umatnya. Bahkan hal sekecil apapun di dunia ini diatur untuk kebaikan manusia dan makhluk hidup di bumi. Pertanyaannya, seringkah manusia menyadari dan mensyukuri akan semua kasih sayang begitu besar yang dilimpahkan-Nya? Alih-alih bersyukur, sebagian dari kita malah membalasnya dengan merusak lingkungan. Menyakiti alam yang sudah begitu bermurah hati pada kita dengan menyediakan air berlimpah, tanah subur, hutan lebat, bahkan kekayaan alamnya. Tapi, begitulah manusia dengan sikap keserakahannya. Mengambil tanpa ada lagi kepedualian untuk menjaga dan memeliharanya.

Lihat bumi kita sekarang. Rasakan panas matahari yang membakar kulit bahkan ketika hari baru menujukkan pukul delapan pagi. Amati jalan-jalan serta bangunan yang kian rapat mendesak pohon-pohon rindang untuk mengalah. Saksikan amarah alam kala banjir datang, longsor mengancam, dan kekeringan menyambut setelahnya. Tak cukupkah pertanda ini? Bahwa alam kita menagis, alam kita sudah begitu tersakiti! Pemanasan global yang kini tengah hangatnya menjadi isu sedunia kemudian menjadi berita utama. Banyak dari kita yang tergugah untuk berbenah. Menyadari kesalahan untuk kemudian memperbaiki lingkungan yang telah banyak rusak. Aksi menanam pohon giat digulirkan, serta ajakan untuk menyelamatkan lingkungan muncul dimana-mana. Tapi, menusia-manusia serakah ternyata masih belum juga mau sadar. Demi nilai rupiah, maka hutan pun tak segan dihabisi. Demi sebuah kekayaan, habislah harta alam milik genersi penerus nantinya.

Di bagian bumi lain, masih juga sebagiannya acuh dengan semua pertanda. Sungai yang berabad-abad telah memberikan limpahan air semakin hari kian dipadati dengan sampah-sampah yang merusak. Rasa terimakasih pun tak ada lagi ketika mereka menjadikan sungai yang merupakan elemen pemelihara kehidupan dan biota alam didalamnya justru mereka alih fungsikan sebagai TPA atau Tempat Pembuangan Akhir sampah.

Stop menyakiti lingkungan! Sayangi alam yang telah memberikan kita kehidupan. Jangan gunduli hutan demi kepentingan sendiri. Jangan buang sampah dengan tidak mengenal tempat yang tepat. Jika tak bisa berbuat hal besar, maka mulailah dengan hal kecil. Satu sampah yang dibuang di tempat yang benar, berarti satu langkah menuju perbaikan lingkungan. Satu langkah lebih dekat terhadap pensyukuran diri terhadap nikmat yang diberikan Tuhan.


Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang.

0 komentar :

Post a Comment